Minggu, 21 Februari 2010

Bertambah Hitungan Satu pada Kamu (The Pursuit Of Happiness Part 2)

Masih tentang kebahagiaan. Masih pada seseorang yang begitu menginspirasiku. Maaf sebelumnya aku posting tulisan yang sedianya khusus aku buat untukmu. Terlanjur tulisan sebelumnya telah aku posting. Dan baru sadar aku, tenyata tulisan ini dan tulisan sebelumnya memang memiliki kaitan. Semoga kau tetap berkenan untuk sekedar menengok kembali dan sedikit membaca apa yang telah aku tulisakan untukmu.

Bismillah. Semoga malam memancarkan cahayamu. Kunang-kunang dalam kegelapan. Kau dapat bilang empat hilang, lima hilang, enam berlalu, tujuh berlalu, delapan, sembilan, atau bahkan pada di mana semua bilangan di mulai, sang satu berlalu. Tapi pun kau dapat bilang, empat hilang lima mengganti, lima hilang enam mengganti, tujuh berlalu delapan hadir, terus begitu, perubahan dan perkembangan. Satu berganti dua, begitupun dua puluh berganti dua satu. Dua puluh tak akan hilang, dan dua satu tak dapat hadir tanpa dua puluh. Kunang-kunang yang sekarang bukan kunang-kunang yang kemarin, tapi juga bukan kunang-kunang yang sama sekali baru tanpa adanya kunang-kunang yang kemarin. Yah, waktu dan ruang tengah bekerja, dan manusia membuat tanda. Setahun sekali kau memperingati jerih payah waktu dan ruang yang hadir untukmu itu, memberinya tanda, karena tanpa tanda ruang dan waktu akan hadir dan berlalu begitu saja tanpa makna. Dua puluh tahun yang lalu kau hadir, dan kini kau sedang membebaskan dirimu dengan jejak hidup yang pernah kau hadirkan.

Ah tentang kebebasan itu, kuingat seorang sufi pernah bercerita tentang kebebasan. Bukan sebuah cara hidup tanpa aturan apalagi tanpa tata krama. Kebebasan yang mungkin dimaknai secara berbeda. Bebas bukan sebebas-bebasnya, yang lupa segala keterbatasan yang kita punya. Kok jadi ngelantur gini. Tentang cerita itu, sang sufi berkata bahwa adalah buah apel di hampir menuju kematangannya terisak karena melihat betapa sempurnanya manusia, yang punya kaki tangan dan akal dapat dengan mudah mencapai kebebasan mereka. Manusia bisa terbang bebas seperti dewa dengan kepintaran mereka, mereka bebas, mereka merdeka, sedang apel hanya bisa diam tergantung di dahan semangnya. Dia ingin bebas dan mencapai kesempurnaan seperti halnya manusia mencapainya. Jibril si Messenger akhirnya datang pada buah apel itu, di dengarnya keluh kesah si apel. Karena tak bernafas, si Jibril tak mengehela nafas panjang seperti manusia ketika mendengar hal secara serius, wajahnya bahkan tak nampak mengekspresikan sesuatu. Dengan santainya Jibril berkata pada Apel, “Kau telah menjalankan tugasmu dengan baik di masa akhirmu ini. Kaupun akan segera mencapai kebebasan dan kesempurnaan yang kau inginkan itu.”
“Mana bisa?” Sanggah apel
“Bawel banget sih kamu. Ya bisalah, masak kagak bisa! Kamu sudah menjalankan sebagian besar tugasmu dengan baik.” Kata si Jibril
“Ah yang bener. Kok bisa sih!” tanggap si apel sambil tersenyum dikit
“Pan ane udah bilang kalo ente sudah menjalankan tugasmu dengan baik. Seterusnya biar ente dapet bebas dan sempurna, ente tinggal jatuh busuk atau membiarkan tubuh ente di makan burung, biarkan benih-benih kehidupan baru dalam diri ente untuk hadir dalam nafas kehidupan alam semesta ini. Segalanya punya peran, kerja, dan cara masing-masing untuk membebaskan diri dan mencapai kesempurnaanya, termasuk manusia.”
“Owhhh gitu. Jadi apa nih yang bisa aku lakukan berikutnya? Eh sebelum ente jawab pertanyaan ane yang ni, boleh nggak ane tanya dikit...?” Kata apel.
“Iya ente boleh nanye. Mau nanye ape ente?” Kata Jibril
“Sebenarnya ente ni Jibril atao jin dari Arab sih?” tanya apel
“Sembarangan ente, ngatain ane jin dari Arab. Kagak tau apa kata Allah dalam firman-Nya, bahwa nanti semua manusia setelah matinya akan ditanya pake bahasa Arab. Man rabbuka? Man nabiyuka? Man dinnuka? Gitu....kagak pake tu yang namanye bahasa Jawe, bahas sunde, bahasa betawi, apalagi bahasa Indonesie. Kudu bahasa Arab. Ehmmm...soal ntu pertanyaan awal tadi, seperti yang ane bilang ente mending ikuti aja aturan alam yang berlaku pada ente. Ente udah tau dengan baik kan tugas ente, peran ente juga?” kata Jibril
“Iya, saya sudah mengerti..! Tapi mengerti apa ya?”
“Dudul ente! Yaudah yang penting aku udah nyapein pesen yang musti ane sampein ke ente. Camkan aja itu ye..!” Sambil berlalu Jibril berkata
Hemm cerita yang aneh, tapi beberapa puluh persennya adalah benar2 pesan dari seorang sufi, syeikh Ragib Robert Frager al Jerrahi.
Seperti halnya apel tadi, manusia menginginkan kebebasan yang dalam perspektif sufistik dikatakan juga sebagai kesempurnaan, atau bisa juga disebut kebahagiaan dalam sudut pandang yang lain.
Dan tak perlu aku berpanjang lebar, [hemm padahal udah nulis banyak huruf gini], di miladmu yang ke dua puluh satu ini, kuhanya bisa berdoa agar kau sehat selalu, langkah kaki dan gerak tanganmu semoga bermanfaat bagi dirimu dan lingkungan sekitarmu. Dan segala apa yang kamu lakukan dapat kau landasi dengan satu dasar bahwa tujuan hidupmu adalah kebahagiaanmu, kebebasanmu, atau kesempurnaanmu. Setiap bagian kehidupan di alam semesta ini memainkan dan punya peran masing2 yang telah digariskan sang Sutradara Agung. Tirulah Adam, Tirulah Malaikat, juga tirulah sang Iblis, atau tokoh terbaik sepanjang masa Muhammad SAW, mereka semua dengan peran masing-masing telah menjalankan peran dan jalannya masing-masing. Kalau kemarin kamu sedang bosan dan merasa malas dengan kuliah-kuliahmu, anggaplah kali ini kamu sedang berperan menjadi mahasiswa bahagia yang menjalani aktivitasnya untuk masa depannya agar masa depan anak cucumu kelak baik. Dengan begitu kamu sedang dalam proses menyempurnakan diri dengan peran dan tugas dalam kehidupanmu. Happy Birthday, my glow in the dark..!
Di ulang tahunmu kali ini tak bisa aku mengasih sesuatu padamu keculi apa yang aku sampaikan padamu ini, meski satu bulan sebelum ini aku teringat terus akan manekin di toko kerudung yang pernah aku katakan padamu itu. Bukan hendak manyamakanmu dengan manekin itu, tetapi alangkah cantiknya kau kalau kerudung yang dipakai manekin itu melindungi sebagian wajahmu. Sayang aku nggak bisa pulang...!

[Kalau ada yang membuatmu kurang berkenan, aku mohon maaf, tapi dengan tulus aku sampaikan ini padamu, semoga tuhan meridhai]

Malam jelang 03 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar